Drama Korea “Still 17” ini memang sudah masuk list drama lama yang tayang tahun 2018. Wow, iya lama banget. Aku baru nonton sekarang karena penasaran nonton drama Yang Sejong lainnya setelah selesai nonton Doona di Netflix.
Karena lagi iseng-iseng nyari drama yang lain di Netflix ketemu judul ini dan liat pemainnya ada Yang Sejong dan Ahn Hyo-Seop. Baca sinopsisnya sepertinya menarik. Aku tak peduli siapa yang main untuk protagonis perempuannya. Bahkan sampai selesai nonton 16 episodenya juga belum bisa ingat nama pemeran utama perempuannya.

Oke, langsung saja cerita singkat tentang dramanya. Drama ini bercerita tentang Wo Seori yang koma selama 13 tahun karena dia mengalami kecelakaan bus waktu umur 17 dan terbangun saat dia udah umur 30. Kecelakaan yang menelan banyak korban itu ternyata membuat Kong Wojin yang saat itu juga jadi penumpang di bus itu merasa bersalah karena dia menyarankan kepada Seori untuk turun di halte berikutnya sementara dia turun di halte sebelumnya yang membuatnya selamat dari kecelakaan.
Waktu Seori siuman dari koma panjangnya jiwanya seperti masih terperangkap di umur 17. Hal yang dia langsung lakuin adalah mencari paman dan bibinya di rumahnya yang masih lekat di ingatannya. Namun, ternyata rumah itu nggak lagi ditinggalin oleh paman dan bibinya. Tapi, justru ditinggalin oleh Yu Chan dan Kong Wojin yang sudah mendewasa. Tapi, anjing peliharaan Wo Seori, Ppaeng, masih dirawat oleh keluarga Wojin.

Singkat cerita dengan segala alasan dan kejadian berselimut rasa iba akhirnya Wo Seori diizinkan untuk tinggal di rumah itu sambil nunggu dia nyari pamannya. Ketemu atau nggak akhirnya Seori dengan pamannya? Gimana cara dia melanjutkan hidup? Dan apakah trauma dan rasa bersalahnya Wojin atas kecelakaan 13 tahun lalu bisa pulih? Dan bagaimana kedua karakter ini akhirnya berdamai dengan kenyataannya masing-masing bisa ditonton sendiri.
PLOT
Dari segi ide cukup menarik. Namun, seperti drama korea pada umumnya nuansa masa lalu, cinta pertama, trauma masa lalu, sangat kental di cerita ini. Di awal plotnya cukup cepat bahkan terlalu cepat untuk bikin Seori dan Wojun kembali jatuh cinta ketika mereka dewasa dan bertemu lagi walau sama-sama belum tahu tentang masa lalu satu sama lain.

Namun, di episode-episode pertengahan terasa cukup dragging dan kadang ada yang ngawurnya seperti di ada-adain aja buat nambah durasi. Cukup capek nontonnya di bagian tengah karena adegannya terasa nggak bergerak banyak. Ditambah lagi tujuan utama Seori setelah dia siuman kadang suka jadi dilupakan karena terhanyut dengan perasaan-perasaan cinta-cintaan sama Wojun ini.
Ditambah lagi dengan banyak adegan bengong liat-liatan dan dialog yang redundant. Salah satunya yang paling sering muncul “Kenapa kamu ngeliatin aku seperti itu?” Dialog ini berkali-kali muncul di beberapa episode seakan nggak ada cara lain untuk menunjukkan si karakter lagi memikirkan sesuatu dan kegap sama karakter lainnya. Agak gemes sama bagian ini.
Rintangan buat karakter Seori terasa belum terlalu ngena dan sepertinya penulis tidak terlalu tega untuk bikin Seori terjerembab begitu dalam lagi agar dia bisa bertumbuh dengan baik. Sebagian besar hal yang dia dapatkan adalah atas pertolongan dari orang sekitarnya dan ditambah dengan banyak kebetulan-kebetulan yang cukup ganggu. Walaupun mungkin bisa sah-sah saja di drama korea kebanyakan. Namun, kalau terlalu sering jadi bikin nggak simpatik ke karakternya.
Sampai episode-episode terakhir aku masih bersabar untuk bisa menamatkan drama ini untuk menunggu kejutan-kejutan. Ada beberapa sih yang bikin berguman “Oh, ternyata gini. Oh, gini.” Namun, lagi-lagi terasa semuanya dipush direveal di episode terakhir semua jawabannya sehingga teknik mengupas plot cerita seperti kulit bawang yang biasanya dilakukan oleh penulis-penulis di drama korea tidak begitu terasa di sini. Sehingga nggak heran kalau di episode-episode pertengahan cerita terasa boring. Subplotnya tidak terasa diceritakan dengan baik. Fokus utamanya hanya pada romantisme Wo seori dan Kong Wojin.

Seperti drama Korea pada umumnya juga plot device yang dipakai untuk bisa mengikat dan menghubungkan antar karakter sungguh banyak yang bisa ditemui di drama ini. Salah satunya adalah gantungan kunci bulan, rumah Seori dan Wojin, biola, jembatan. Yang mana ikon-ikon ini muncul terus di setiap adegan penting karakter. Walaupun, lagi-lagi menurutku masih banyak yang bisa diperkuat lagi untuk jadi sebuah plot device yang oke.
KARAKTER
Ada banyak banget subplot dan karakter di Drama Still 17 ini dengan benang merah yang mempertemukan mereka adalah kecelakaan bus. Namun, di sini aku mau bahas 4 karakter utama aja yang ada di dalam drama yang berpengaruh dalam cerita.
Wo Seori

Jujur banget ini adalah karakter utama perempuan di semua drama yang pernah aku tonton yang paling aku nggak suka. Aku nggak simpatik dengan karakternya walaupun dia udah 13 tahun koma lalu ditinggal sendirian sama keluarganya. Bangun-bangun udah 30 tahun dan kebingungan. Walaupun dia seakan terperangkap di mental remaja umur 17 tahun tapi entah kenapa kok jadi karakternya terlalu annoying di sepanjang cerita. Bahkan sampai di akhir cerita pun aku berharap setelah banyak kejadian yang dia laluin dan juga akhirnya terselesaikan aku tidak menjadi berubah pikiran. Karakter Seori sebagai karakter utama masih belum kuat. Dan sebagian besar masalahnya terselesaikan oleh orang lain bukan dia. Walaupun dia dikasih kekuatan kepintaran dalam bermusik dan bermain biola dan juga kebaikan dan kepeduliannya sama orang lain. Hal ini nggak bikin sifat ganggunya itu hilang dan mengubah aku sebagai penonton jadi simpatik sama dia.
Kong Wojin

Dibandingkan dengan Wo Seori, Yang Sejong secara karakter lebih terbentuk dan cukup bikin simpati. Dia berusaha untuk bisa sembuh dari trauma dan rasa bersalahnya dengan konsultasi ke dokter rutin dan juga menghadapi masa lalunya sampai akhirnya kita bisa lihat perubahan yang nyata walaupun dalam bentuk hal kecil. Salah satunya aksi nyentriknya designer miniatur dan juga panggung yang unik ini sering banget bawa meteran ke mana-mana dan selalu ngukur barang-barang yang dia anggap menarik dan perlu diukur untuk kebutuhan pekerjaan dia. Awalnya dia masa bodo gak peduli di akhir dia lebih peduli dengan nanya dulu ke orang yang lagi ada di sekitar barang tersebut bahwa dia mau izin untuk ukur barangnya. Satu lagi setelah dia akhirnya sembuh dari traumanya Kong Wojin jadi lebih bisa tersenyum lepas dan tidur lebih nyenyak. Plus di akhir dia nggak lagi lari dari masalah dengan mengurungkan niatnya pergi ke luar negeri waktu tahu lebih banyak tentang kecelakaan bus itu di episode-episode terakhir. Aku suka banget karakter Wojin ini. Walaupun masih ada satu flawsnya ketika dia mulai jatuh cinta sama Seori, Wojin terlihat terlalu cepat perubahaannya dan triggernya kurang greget aja. Eh kok tiba-tiba dia jadi bucin banget.
Yu Chan

Waktu liat list castnya drama ini aku mencari-cari di mana Ahn Hyo Seop di episode-episode awal. Dan ternyataa… Waahhh, beda sekali dengan Ahn Hyo Seop yang ada di drama-drama terbarunya beberapa tahun terakhir ini ya semisal di Business Proposal dan A Time Called You. Ahn Hyo Seop di sini karakternya jadi anak sekolah atlet dayung. Dan wajahnya sungguh benar-benar seperti orang lain. Namun, di luar membuat terkejut secara penampilan, Ahn Hyo Seop berhasil memain kan karakter Yu Chan dengan baik. Yu Chan ini juga unik dan benar-benar ceria anaknya. Dia punya 2 sahabat sepermainan dan satu klub olahraga yang cukup membawa banyak tawa di beberapa adegan dalam cerita.

Karakter Yu Chan juga dibentuk dengan cukup baik. Elemennya cukup lengkap bahkan sampai artefaknya. Karena dia atlet ya peralatan olahraganya yang jadi artefak termasuk dijadikan plot device yang kuat untuk subplotnya dia. Yu Chan naksir sama Wo Seori juga dan dia bertekad untuk menang lomba dayung biar bisa nembak Wo Seori setelahnya. Walau cintanya kandas ya. Tapi, dia dapat cita-citanya. Namun, sayangnya udah lucu-lucu cinta pertama dan sesuai dengan dunianya dunia anak sekolah, Yu Chan punya juga penggemar. Sayang aja nggak dieksplore lebih karakter Lee Ri-An. Padahal kalo dibuat ada endingnya bisa jadi gemes dua karakter ini.
Jennifer

Di Korea profesi asisten rumah tangga salah satu profesi yang bayarannya cukup tinggi. Makanya nggak sembarangan keluarga yang punya asisten rumah tangga. Di drama ini keluarga Wojin dan Yu Chan digambarkan sebagai keluarga yang cukup berada. Jadi, dua pemuda ini ditemani sama satu asisten rumah tangga yang karakternya cukup nyentrik. Jennifer gayanya kaku dan cenderung tidak punya ekspresi dan seperti robot cara bicaranya. Tapi, sikapnya dan pembawaannya ini jadi seperti itu karena ada latar belakangnya yang ternyata masih berhubungan dengan kecelakaan bus yang juga dialami Seori 13 tahun lalu. Jennifer digambarkan sebagai ART yang pintar dan jenius karena tahu segala hal bahkan tentang teori-teori yang ada di dalam buku. Dia macam ensiklopedia hidup. Kerjaannya rapi dan juga cekatan. Banyak adegan lucu dan wow yang Jennifer tunjukan di setiap episodenya. Meskipun kaku Jennifer tetap seorang manusia yang punya perasaan dan juga kepedulian. Dia salah satu yang sayang banget sama Seori dari awal drama ini dimulai. Rahasia-rahasia yang Jennifer simpan cukup membuat aku sebagai penonton lebih simpatik ke karakter ini kebanding ke karakter Seori. Sayang aja seperti porsi karakter Yu Chan juga kurang dipaparkan dengan lebih mendalam dan di akhir-akhir kisahnya Jennifer dijelaskan seperti terburu-buru dan ada yang agaknya kurang sedikit lagi untuk bisa memperkuat subplotnya Jennifer menjadi lebih menyentuh.
PESAN
Di luar banyak sekali hal yang perlu dipertajam dari cerita Still 17 ini, ada pesan yang bagus banget tersampaikan dari cerita ini. Tentang bagaimana usaha untuk terus bahagia dan usaha terus mencari kebenaran akan sesuatu yang belum jelas agar kita nggak terus-terusan menyalahkan diri sendiri. Dan tentunya dari drama ini digambarkan tentang hal yang sudah ditakdirkan untuk menjadi milik kita, nggak akan pernah meleset. Akan selalu tahu gimana caranya menemukan jalan untuk mendapatkannya. Walau semuanya butuh waktu. Asal sabar dan gigih, walaupun lama tapi akan menjadi berarti.

No Comments