Korea series

[REVIEW] Welcome To Samdal-ri “Ketika Seseorang Terdorong Menyelamatkan Dirinya Setelah Satu Desa Bergerak”

18/03/2024

Nonton K-Drama ini dengan penuh ekspektasi karena banyak sekali yang rekomendasikan plus ada Ji Changwook yang bener-bener semakin matang semakin tampan. Sayangnya lawan mainnya adalah Shin Hyesun yang mana gue agak kecewa nonton dramanya dia sebelumnya.

Ah, tapi di awal gue pikir mungkin beda karakter akan beda kali ya actingnya dan juga karakter yang dia bawain. Tapi, ternyata gue salah. Emang gue gak cocok aja sama aktris ini. Gue gak suka juga dengan karakter Cho Samdal yang Shin Hyesun mainin di sini.

Cho Yongpil & Cho Samdal

Drama ini menceritakan tentang Cho Samdal seorang fotografer yang karirnya hancur karena difitnah nge-bully asistennya. Bingung menghadapi dunia yang seakan menyerangnya akhirnya dia balik ke Jeju dari Seoul bersama 2 saudaranya dan keponakannya. Dan di Jeju ceritanya kembali dimulai. Samdal mulai mencari jati dirinya lagi dan kemudian dia bertemu lagi dengan mantannya yang nyaman jadi abdi negara di kampungnya, Cho Yongpil.

Dinamika hubungan mereka sangat menarik ditambah lagi karakter-karakter di sekelilingnya yang juga mendukung jalannya cerita yang juga menarik. Namun, sayangnya sebagai karakter utama Samdal ini terlalu lemah jadinya actionnya itu baru dilakukan ketika dia dapat masukan dari orang sekitar. Dari awal gue menunggu apa sih nih yang spesial dari si Samdal sampe sekampung sayang sama dia. Tapi ternyata gue tidak berhasil menemukan alasan yang cukup kuat. Namun, di luar itu semua ada beberapa hal yang menurut gue menarik untuk dibahas dan diperhatikan dari drama ini. Walaupun lagi-lagi gue harus bilang kalau sampe episode terakhir gue gak bisa simpatik sama karakter Samdalri.

HAENYEO

Komunitas ibu-ibu Haenyeo ini menarik buat gue. Ibu Samdal jadi ketua Haenyeo di desanya. Haenyeo ini adalah Ibu-Ibu penyelam pencari rumput laut dan binatang laut kaya siput laut yang bisa dikonsumsi. Anggota Haenyeo ini adalah rata-rata ibu-ibu yang umurnya nggak lagi muda. Mereka menyelam sebagai mata pencaharian dan alat yang digunakan masih alat sederhana. Dulu jumlah Haenyeo banyak tapi sekarang udah mulai sedikit karena generasinya lebih memilih untuk cari karir di daratan utama (Seoul) atau kota-kota besar kebanding jadi Hanyeo.

Ibu-Ibu Haenyeo di Samdalri

Cerita ibu-ibu Hanyeo ini beneran lebih seru dari kisah cintanya Yongpil dan Samdal. Ibu-Ibu Hanyeo ini malah jadi salah satu pahlawan buat masalahnya Samdal. Ah, sampe berapa kali deh gue harus bilang Cho Samdal nggak ada gunanya sebagai karakter utama. Keren deh ini ibu-ibu Hanyeo salah satu komunitas yang disegani di desa dan keren banget mereka kalo lagi convoy pake ATV. Sangar!

Menariknya lagi di drama ini diangkat tentang keberadaan Hanyeo di masa yang modern gini ternyata masih ada. Kalau nggak nonton drama ini gue nggak bakal tau di Jeju ada komunitas seperti itu.

CHO HAEDAL & GONG JI CHAN

Hidupnya Samdal gak ada apa-apanya kebanding adiknya Cho Haedal yang harus bertanggungjawab atas perbuatannya hamil di usia muda dan nikah di usia muda. Kehilangan mimpinya jadi perenang nasional karena dia milih untuk urus anaknya dan melupakan mimpinya. Ditambah lagi suaminya meninggal pula pas dia masih lagi hamil. Bukankah ini seperti terjatuh juga tertimpa tangga. Dan dia juga harus nanggung cibiran orang-orang karena statusnya yang udah janda di usia muda.

Gong Jichan & Cho Haedal

Untungnya dia punya anak yang pinter dan Tuhan baik dengan mempertemukan dia dengan cowok aktivis club lumba-lumba yang pada akhirnya jatuh cinta sama dia dan nerima dia apa adanya. Plus akhirnya dengan penuh perhatian Gong Jichan yang tampan dan rupawan ini berhasil bikin Haedal berubah pikiran untuk nggak menyerah sama mimpinya jadi perenang. Haedal akhirnya jagain ibunya dan tetap bisa berenang sesuai mimpinya dari dulu. Gemas! Mending porsinya Haedal sama Jichan yang dibanyakin deh daripada Yongpil sama Samdal.

MEMBUMI & KAYA AKAN BUDAYA

Nggak bukan Cho Samdal yang membumi, penduduk Samdalri yang sangat membumi dan penuh penggambaran unsur lokal. Walaupun ceritanya masih tidak sekuat Hometown Cha Cha Cha dan kehidupan komplek di Ssangmundong di Reply 1988 tapi ada beberapa hal kecil yang dilakukan satu tokoh untuk tokoh lainnya itu menggambarkan realitas suatu daerah dan kehidupan masyarakat.

Hal yang bisa diliat salah satunya cara Ko Mija untuk melunakkan hati Bapaknya Yongpil dengan tanpa putus asa bikin makanan kesukaan Bapaknya Yongpil walopun berkali-kali gagal dan berkali-kali ditolak dan dibuang. Dan uniknya pada akhirnya Cho Sangtae menunjukkan bahwa dia udah maafin Ko Mija (ibu Samdal) dengan balikin tempat makanan punya Ko Mija dan bilang kalau makanannya udah dimakan habis.

Di desa kekeluargaannya sangat erat ada yang butuh bantuan satu kampung turun bahkan sampai perang antar kampung juga dilakuin deh. Ini sangat menjejak bumi sekali dan bener di beberapa daerah di negara mana pun masih mungkin terjadi.

Kabar burung alias gosip nyebarnya cepet banget di desa karena ada ibu-ibu yang tiap hari ngumpul untuk data transfer. Ya walaupun kadang melenceng-melenceng dan dibumbuin dikit. Tapi, itu terjadi di mana pun. Hal lain yang gue notice adalah caranya Ko Mija manggil Cho Sangtae adalah Yongpil Appa, ini khas banget ini komplek kan biasanya manggilnya nama anak. Kaya nyokap gue selalu dipanggil Mama Lina sama tetangga. Lina nama adik gue yang paling bungsu.

Itu tadi hal yang menarik buat gue di Welcome To Samdalri. Walaupun gue sebel sama karakter utamanya tapi alhamdulillah sampe habis gue nonton drama ini. Yang penasaran silakan nonton!

You Might Also Like

No Comments

Leave a Reply